Jumaat, 11 September 2009

Ada apa dengan "Sikap"


(Sekadar gambar hiasan)

Mencari damai dihati tatkala sepi menyelubungi, hentakan, sepakan, pukulan, dan serangan yang bertalu-talu dari pelbagai sudut terus membuatkan aku terduduk memuhasabah kembali diri yang sememangnya alpa dan lalai ini. Alpa dan lalai dalam mencaturi ihsan dalam diri, mungkin inilah sebab, mengapa aku terus termengu bersendirian. Teringat aku akan peristiwa yang berlaku disiang hari tadi, jenuh aku melontarkan pertanyaan demi pertanyaan yang berbentuk serangan kearah sahabat-sahabat ku (bukan serangan sebarangan tau) serangan ahli kepada kepimpinan persatuan pelajar, alah benda biasa yang kalian akan saksikan tatkala mensyuarat agung berlangsung. Namun, apa yang aku kesali adalah sikap dan ego aku, soalan demi persoalan yang aku ajukan tue sebenarnya demi apa..? adakah soalan yang berbentuk cadangan..? ataupun berbentuk ujian..? ataukah hanya sekadar nak mengenakan..? sedangkan keseluruhan pimpinan tersebut adalah sahabat-sahabat ku sendiri, ahli keluarga ku sendiri (yerlah, kami yang berada di pekan Shibin ni berapa kerat lah sangat, dah macam adik beradik bukan kandung dah).


Ahh.. sikap, mungkin inilah sikap yang ada pada aku, erm, ataupun sikap yang juga ada pada kalian, pada diri kalian, dan pada hati kalian (ehh.. jangan terasa lak yer, aku agak-agak jer). Sikap yang sepatutnya tidak sesekali menjenguk kedasar hati seorang pejuang agama, sikap yang seharusnya dikekang oleh diri-diri sang mujahid fi sabilillah.. Namun itulah, semakin dipagari, semakin menjadi-jadi lantangan diri dek kerana sikap yang bertemasya dengan hidangan ego (tinggi lak bahasa mamat ni harini). Adakah sikap sebegini harus ada dalam diri seorang pejuang..? apakah perlu seorang murabbi punyai ciri-ciri hati seperti ini, suka membolak balikkan pertanyaan sekadar niat ingin menguji..?


Betapa beruntungnya hati-hati yang punyai nilai rendah diri, rendah diri dalam mencaturi setiap titik perjalanan kehidupan. Rendah diri dalam peribadahan , rendah diri dalam pergaulan, rendah diri di dalam setiap hal siluk biluk likuk pikuk pementasan hakiki sebelum diakhiri dengan kematian.. Aku..? adakah aku tergolong bersama mereka-mereka yang keberuntungan memiliki sikap rendah diri..? kalian..? adakah kalian juga keberuntungan memiliki sikap yang sedemikian..?


(Aduyai ustaz ni, duk bagi hangat betullah..) bukan duk bagi hangat, tapi duk buat perangat. Bukan nak sangat perangat kan diri kalian, tapi buat tatapan diri sendiri sebenarnya, alang-alang menceluk pekasam biarlah sampai kepangkal lengan. Alang-alang mandi biar basah. Jadi alang-alang duk perangat, biar sampai hangat, alang-alang merasa biar semua pun kena (jangan marah yer, sekadar salingan santapan jiwa). Duk selam tak selam ni, dah masuk hari kesepuluh akhir Ramadhan kita menyelami bulan barakah ini, namun, sekadar mana kita memuhasabah diri kita yang penuh dengan sikap-sikap negetif ini..? sejauh mana pelayaran kita di bulan pengampunan ini menyoroti denai-denai keinsafan diri setelah berbulan-bulan meneguk pelbagai kesalahan, selepas berbulan lamanya menyantap santapan dosa-dosa..? (Banyak betul kesalahan dan dosa budak ni kan) yer... kita tidak tahu sejauh mana ketelanjuran diri dalam menghadapi liku-liku kehidupan ini... Jadi, manfaatkan lah akhir-akhir Ramadhan ini dengan memuhasabah kembali diri, terus memohon keampunan dari-Nya yang Maha Esa, sedangkan Nabi Muhammad saw Habibullah itu pun tidak pernah leka dari memohon keampunan dari Allah swt. Inikan pulak kita, hamba biasa yang sering lalai dengan kehidupan dunia sementara...

Wallahualam...

0 Cadangan:

Catat Ulasan